Sabtu, 11 April 2015

contoh artikel kaidah pencacahan.

contoh artikel kaidah pencacahan.


BAB I
PENDAHULUAN
MATEMATIKA


·        KAIDAH PENCACAHAN


Tahunajaran 2014/2015



Disusunoleh    :
Tama AscharaDewaSaputra
24/XI AV 2





Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, Februari 2015
Penyusun








iii
Daftar isi
Kata pengantar  ………………………………………………………………iii
Daftar isi  ....………………………………………………………………….  v
Latarbelakang………………………………...………………………..…….. 1
Kajianteori……………………………....……….……………………..……. 2
Bab II………………………………………………………………………..5
Bab III..............................................................................................................16
Daftar Pustaka...................................................................................................VV













V
 A.    Latar Belakang
         Pencacahan (counting) adalah bagian dari matematika kombinatorial. Persoalan kombinatorik bukan merupakan persoalan yang baru dalam kehidupan nyata. Banyak persoalan kombinatorik yang sederhana telah diselesaiakan dalam masyarakat. Misalkan, saat pemilihan pemain untuk tim sepak bola yang terdiri dari 11 pemain. Apabila ada20 orang ingin membentuk suatu tim sepak bola, ada berapa kemungkinan komposisi pemain yang dapat terbentuk?
         Contoh lain adalah dalam menentukan sebuah password panjangnya 6 sampai 8 karakter. Karakter boleh berupa huruf atau angka. Berapa banyak kemungkinan password yang dapat dibuat? Tetapi selain itu para ilmuwan pada berbagai bidang juga kerap menemukan sejumlah persoalan yang harus diselesaikan. Pada makalah ini,  kita akan membahas tentang kombinatorik, kaidah pencacah dengan materi aturan penjumlahan dan aturan perkalian.
         Kombinatorika adalah studi tentang pengaturan objek-objek, yaitu pemasangan, pengelompokan, pengurutan, pemilihan, atau penempatan objek- objek dengan karakteristik tertentu. Topik ini mulai berkembang sejak abad ketujuh belas, yakni diawali dengan tulisan Gottfried Wilhelm Leibniz yang berjudul Dissertio de Arte Combinatorica. Selanjutnya, kombinatorika semakin berkembang pesat dengan beragam aplikasinya di berbagai bidang, seperti kimia, biologi, fisika, dan komunikasi.
         Pembahasan mengenai kombinatorika diawali dengan pengenalandua kaidah pencacahan, yaitu kaidah penjumlahan dan kaidah perkalian. Kedua kaidah ini sangat bermanfaat untuk menyelesaikan masalah yang kompleks dengan cara memecah  atau   mengurai  masalah   tersebut   menjadi   beberapa   bagian yang lebih sederhana yang selanjutnya   dapat diselesaikan    dengan   kedua kaidah tersebut. Misalnya, kaidah pencacahan bermanfaat untuk menentukan apakah terdapat cukup nomor telepon atau  alamat  internet protokol untuk  memenuhi  permintaan pelanggan.
B.     Perumusan Masalah
         Dari latar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa hubungan kombinatorika dengan kaidah pencacah?
2.      Bagaimana menghitung dengan memakai aturan penjumlahan?
3.      Bagaimana menghitung dengan memakai aturan perkalian?
C.    Tujuan Penulisan
         Dari latar latar belakang dan perumusan masalah di atas penulis dapat menuliskan tujuan penulisan sebagai berikut :
1.      Mengetahui tentang kombinatorika
2.      Memahami tentang konsep dasar menghitung.
3.      Memahami tentang aturan penjumlahan dan perkalian.
4.      Tugas mata kuliah matematika diskrit.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
         Di dalam bab pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
        Di dalam bab kajian teori meliputi pengertian dari kaidah pencacahan, dasar-dasar menghitung dengan aturan penjumlahan, perkalian maupun penjumlahan tak langsung.
BAB III PENUTUP
         Di dalam bab penutup atau bab terakhir, penulis menuliskan kesimpulan akhir dari kajian teori dan menuliskan saran untuk para pembaca.
1
DAFTAR PUSTAKA
         Di dalamnya terdapat referensi buku yang dipakai dalam penulisan makalah ini.




BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Kaidah Pencacahan
         Enumerasi atau pencacahan merupakan bahasan awal dari matematika diskret yang digunakan sebagai alat dasar untuk mempelajari materi-materi lainnya yang umumnya bersifat kombinatorik. Disamping itu ia juga mempunyai aplikasi di banyak area seperti:  teori peluang, statistika, teori graf, teori koding, kriptografidan analisis algoritme. Materi pembahasannya akan ditekankan pada:
·         Aturan penjumlahan
·         Aturan perkalian
·         Permutasi dan Kombinasi
·         Kombinasi dengan Pengulangan.
         Namun yang dibahas pada makalah ini tentang aturan penjumlahan dan aturan perkaliannya.
B.     Konsep Dasar Pencacahan
         Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan dengan masalah penghitungan. Misalnya ada berapa cara yang dapat dilakukan pada saat   memasukan   sebuah   kelereng   ke dalam sebuah kantung, begitu pula apabila memasukan beberapa kelereng ke dalam beberapa kantung, berapa cara memilih wakil dari bebarapa kelompok mahasiswa dan masih banyak lagi   kasus yang lain. Salah satu prinsip dasar yang mendasari perkembangan   probabilitas terutama yang terkait dengan masalah penghitungan adalah konsep dasar pencacahan. Ada dua perinsip dasar pada konsep dasar pencacahan yaitu aturan penjumlahan  dan aturan perkalian.
1.      Aturan Penjumlahan (Rule Of Sum)
            Kaidah penjumlahan menganut prinsip umum bahwa keseluruhan sama dengan jumlah dari bagian-bagiannya. Secara umum, kaidah penjumlahan dijelaskan sebagai berikut:
“Jika  pekerjaan  jenis  pertama  dapat  dilakukan dengan m cara, pekerjaan jenis kedua dapat dilakukan dengan n cara, dan kedua jenis pekerjaan itu tidak dapat dilakukan secara simultan, maka banyaknya cara untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut adalah m + n  cara”.
Secara umum dirumuskan sebagai berikut:
“Jika ada suatu prosedur terdiri dari m-buah pekerjaan, T1, T2, …, Tm, yang masing-masing dapat dilakukan dengan  cara, dan setiap pasang pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan secara bersamaan, maka akan ada cara untuk melakukan pekerjaan ini”.
Contoh:
1.Di dalam suatu laboratorium komputer ada 4 printer (merk) jenis laserjet dan 6 printer jenis deskjet.
Jawab: Jika seorang praktikan diperbolehkan menggunakan kedua jenis printer tersebut, maka ada 4 + 6 = 10 printer yang bisa dipilih untuk dipakai.
2. Aturan jumlah dapat diperluas untuk lebih dari dua tugas. Misalnya, seorang instruktur laboratorium komputer memiliki 4 jenis buku bahasa pemrograman: 5 buku (judul) tentang C++, 4  buku  tentang  FORTRAN, 3 buku tentang Java, dan 5  buku tentang Pascal.
Jawab: Jika seorang praktikan dianjurkan untuk meminjam satu buku bahasa pemrograman dari sang instruktur, maka ada 5 + 4 + 3 + 5 = 17  buku yang bisa dia pinjam.
2
2.      Aturan Perkalian (Rule Of Product)
          Secara umum dirumuskan sebagai berikut:
“Jika suatu prosedur dapat dipecah menjadi dua tahap, dan jika tahap pertama menghasilkan m keluaran yang mungkin dan masing-masing  keluaran dilanjutkan ke tahap kedua dengan keluaran yang mungkin, maka prosedur tersebut akan menghasilkan m x n keluaran yang mungkin”.
     Kaidah perkalian sebgaimana dikemukakan di atas dapat pula dipahami sebagai kaidah pengisian tempat yang tersedia yang diilustrasikan sebagai berikut. Berapa banyak password (kata kunci) dengan panjang 5 angka yang dapat dibentuk dari angka-angka 1, 2, 3, 4, dan 5 jika tidak boleh ada angka berulang?


     Beberapa contoh password itu adalah :
                 12345,
                 23415,
                 54231,
                 Dan seterusnya.
Perhatikan bahwa 22341, 1234, atau 522341 bukan contoh passworddimaksud. Mengapa?
Untuk dapat menentukan banyaknya cara dimaksud, dapat dilakukan secara sistematis sebgai berikut. Kita sediakan 5 tempat yang dapat ditempati 5 angka yang disediakan.
Tempat ke-
1
2
3
4
5
Banyak cara
5
4
3
2
1
·         Tempat pertama dapat diisi dengan 5 cara, yakni angka 1, 2, 3, 4, 5
·         Tempat kedua dapat diisi dengan 4 cara
·         Demikian seterusnya, tempat kelima dapat diisi dengan 1 cara.
·         Dengan demikian, total banyaknya cara adalah  cara.
      Ketika kita menghitung banyaknya cara menyusun password di atas, kita telah menggunakan kaidah pengisian tempat yang tersedia, yang secara umum dijelaskan sebagai berikut :
     Misalkan:
      :  banyaknya cara mengisi tempat pertama
      :  banyaknya cara mengisi tempat kedua setelah tempat pertama terisi
      :  banyaknya cara mengisi tempat ke-k setelah (k – 1) tempat
              sebelumnya terisi.
C.    Aturan Perkalian dan Aturan Penumlahan Dalam Operasi Himpunan
Aturan penjumlahan dan aturan perkalian dapat juga dinyatakan kedalam teori himpunan. Pada aturan penjumlahan, misalkan  adalah himpunan-himpunan yang tak beririsan (disjoint). Maka banyaknya cara untuk memilih satu anggota dari himpunan-himpunan ini adalah:
Pada aturan perkalian, misalkan  adalah himpunan-himpunan yang berhingga. Maka banyaknya cara untuk memilih satu anggota dari masing-masing himpunan dengan urutan  adalah kardinalitas dari perkalian Kartesian semua himpunan tersebut
Sebagai gambaran, perhatikan contoh berikut ini. Contoh: berapa banyak bit string dengan panjang 8 bit yang bias dimulai dengan “1” atau berakhir dengan “00”?
Pekerjaan – 1
Bentuk suatu string dengan panjang 8 yang dimulai dengan 1.
                  Ada satu cara untuk mengambil bit pertama (1),
                  Dua cara untuk mengambil bit kedua (0 atau 1),
                  Dua cara untuk mengambil bit ketiga (0 atau 1),
                  . . . .
                  Dua cara untuk mengambil bit kedelapan (0 atau 1)
Maka berdasarkan aturan perkalian, pekerjaan 1 dapat dilakukan dengan I.27 = 128 cara.
      Pekerjaan – 2
Bentuk suatu string dengan panjang 8 yang berakhir dengan 00.
                  Ada dua cara untuk mengambil bit pertama (0 atau 1),
Dua cara untuk mengambil bit kedua (0 atau 1),
. . . .
Dua cara untuk mengambil bit keenam (0 atau 1),
Satu cara untuk mengambil bit ketujuh (0), dan
Satu cara untuk mengambil bit kedelapan (0).
Maka berdasarkan aturan perkalian, pekerjaan 2 dapat dilakukan dengan 26 = 64 cara.
Karena ada 128 buah cara untuk melakukan pekerjaan 1 dan 64 cara untuk melakukan pekerjaan 2, apakah ini berarti ada 192 buah bit string 8 bit berawalan dengan 1 dan berakhiran dengan 00? Pekerjaan 1 dan pekerjaan 2 dapat dilakukan pada waktu yang sama, dimana ketika kita melakukan pekerjaan 1 dan membuat string yang diawali dengan 1, beberapa dari string ini berakhiran 00. Karena kadangkala kita bias melakukan pekerjaan 1 dan 2 pada saat bersamaan, maka aturan penjumlahan tidak berlaku.
         Jika ingin menggunakan aturan penjumlahan dalam kasus ini, maka harus mengurangkan kasus-kasus dimana pekerjaan 1 dan 2 dilakukan secara bersamaan dari total kemungkinan. Ada berapa banyak kasus yang demikian, yaitu berapa banyak string yang berawalan dengan 1 dan berakhiran dengan 00?
Ada satu cara untuk mengambil bit pertama (1),
Ada dua cara untuk bit yang kedua (0 atau 1)
. . . .
Keenam (0 atau 1),
Ada satu cara untuk bit ketujuh (0),
Dan satu cara untuk bit kedelapan (0).
Berdasarkan aturan perkalian, maka ada 25 = 32 buah kasus, dimana pekerjaan 1 dan 2 dapat dikerjakan secara bersamaan.
Karena terdapat 128 cara untuk melakukan pekerjaan 1 dan 64 cara untuk melakukan pekerjaan 2, dan 32 diantaranya kedua pekerjaan tersebut dilakukan pada saat yang bersamaan, maka sebenarnya ada 128 + 64 – 32 = 160 cara untuk melakukan pekerjaan 1 dan pekerjaan 2 (tak bersamaan). Di dalam teori himpunan A1 dan A2 yang tidak beririsan. Maka kita punya:  yang disebut sebagai prinsip inklusi-eksklusi.

Kaidah pencacahan adalah suatu cara atau aturan untuk menghitung semua kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu percobaan tertentu. Sebelumnya, perhatikan peristiwa berikut yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Dua orang akan dipilih sebagai ketua dan wakil ketua OSIS dari empat orang calon terbaik di sekolah. Dewan Kehormatan dibentuk untuk melaksanakan tugas tersebut. Dewan Kehormatan terdiri dari perwakilan tiap kelas dengan membawa aspirasi kelas. Misalkan calon-calon itu adalah Roni, Agus, Wini, dan Bimo. Ada berapa susunan ketua-wakil ketua yang harus dipertimbangkan oleh Dewan Kehormatan?
Peristiwa di atas adalah sekelumit contoh masalah yang dapat diselesaikan dengan kaidah pencacahan.

1.      Aturan pengisian tempat
Pada penyelesaian masalah menggunakan aturan pengisian tempat, kita mendaftar semua kemungkinan hasil secara manual. Ada beberapa cara pendaftaran dalam aturan ini, tiga diantaranya akan kita bahas, yaitu diagram pohon, tabel silang, dan pasangan terurut.
Diagram Pohon
Sebelumnya kita peerhatikan bahwa pada pemilihan pasangan ketua-wakil ketua, pasangan (Bimo, Wini) berbeda dengan (Wini, Bimo) karena yang disebut pertama menjadi ketua dan yang disebut kedua menjadi wakil ketua. Berikut daftar kemungkinan ketua dan wakil ketua.
Tabel kelas x 1
Dari pendaftaran menggunakan diagram pohon, maka Dewan Kehormatan harus mempertimbangkan 12 susunan pasangan untuk dipilih menjadi ketua-wakil ketua.
Tabel Silang
Misalkan kita ingin menyelesaikan masalah di atas dengan menggunakan tabel silang. Karena semua kemungkinan akan berupa pasangan n(ketua, wakil ketua), kita tuliskan komponen pertama (calon ketua) di bagian kolom dan komponen kedua (calon wakil ketua) di bagian baris. Pasangan-pasangan (kolom, baris) menunjukkan hasil-hasil yang mungkin terjadi pada pemilihan.
Tabel kelas x 2
Dengan menghitung semua pasangan yang mungkin, maka dapat disimpulkan bahwa Dewan Kehormatan harus mempertimbangkan 12 susunan (ketua, wakil ketua). Namun, tabel silang sulit diterapkan dalam kasus pemilihan yang lebih banyak, misalkan memilih 11 pemain dari 22 pemain sepak bola. Lebih jauh dari itu, tabel silang hanya bisa digunakan untuk memilih pasangan saja.
Pasangan Terurut
Masalah tersebut dapat kita selesaikan dengan pasangan terurut sebagai berikut. Misalkan A = {Roni, Agus, Wini, Bimo} adalah himpunan calon ketua dan wakil ketua. Dengan aturan bahwa seseorang tidak diperbolehkan merangkap jabatan dan pasangan (x,y) dalam kedudukannya, maka pasangan terurut dari A adalah: {(Roni, Agus), (Roni, Wini), (Roni, Bimo), (Agus, Wini), (Agus, Bimo), (Wini, Bimo), (Agus, Roni), (Wini Roni), (Bimo, Roni), (Wini, Agus), (Bimo, Agus), (Bimo, Wini)}.
Tabel kelas x 3
Jumlah pasangan terurut dari A adalah 12. Dengan demikian, dewan Kehormatan harus mempertimbangkan 12 susunan untuk posisi (ketua, wakil ketua).Pada penyelesaian di atas, seolah-olah kita melakukan pemiliihan dalam dua tahap, yaitu:
1.      Ketika kita memilih ketua dari empat calon yang ada.
2.      Pada saat kita memilih wakil ketua dari tiga orang calon sisanya yang belum terpilih. Karena masing-masing dari empat calon ketua berkemungkinan berpasangan dengan tiga calon lainnya, maka banyaknya cara memasangkan mereka ada 4 ∙ 3 = 12 cara.
Situasi seperti di atas menginspirasikan para ahli matematika untuk merumuskan kaidah penjumlahan dan perkalian sebagai berikut.
Tabel kelas x 4
Sumber:
Masrihani, Tuti, dkk. 2008. Matematika untuk SMK dan MAK Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Noormandiri, 2004. Matematika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dua prinsip dasar yang digunakan dalam menghitung (counting) yaitu aturan  pejumlahan dan aturan perkalian.

1.      PrinsipPenjumlahan
Jika suatu himpunan A terbagi kedalam himpunan bagian A1, A2, …, An, maka jumlah unsur pada himpunan A akan sama dengan jumlah semua unsur yang ada pada setiap himpunan bagian A1, A2, …, An.
Secara tidak langsung, pada prinsip penjumlahan, setiap himpunan bagian A1, A2, …, An tidak saling tumpang tindih (salinglepas). Untuk himpunan yang saling tumpang tindih tidak berlaku lagi prinsip penjumlahan, dan ini harus diselesaikan dengan prinsip inklusi-eksklusi yang akan dibahas kemudian.

Contoh1 :
Seorang guru SD di daerah, mengajar murid kelas 4, kelas 5 dan kelas 6.Jika jumlah murid kelas 4 adalah 25 orang dan jumlah muri di kelas 5 adalah 27 orang serta jumlah murid kelas 6 adalah 20 orang, maka jumlah murid yang diajar guru tersebut adalah 25 + 27 + 20 = 72 murid.
Contoh2 :
Seorang mahasiswa ingin membeli sebuah   motor. Ia dihadapkan untuk memilih pada satu jenis dari tiga merk motor, Honda 3 pilihan, Suzuki 2 pilihan, dan Yamaha 2 pilihan. Dengan demikian,  mahasiswa tersebut mempunya pilihan sebanyak 3 + 2 + 2 = 7 pilihan.

2. Prinsip Perkalian
Misalkan sebuah prosedur dapat dipecah dalam dua penugasan. Penugasan pertama dapat dilakukan dalam ncara, dan tugas kedua dapat dilakukan dalamn2,cara setelah tugas pertama dilakukan. Dengan demikian, dalam mengerjakan prosedur tersebut ada (nn2) cara. Secara tidak langsung, pada prinsip perkalian, bisa terjadi saling tumpang tindih (tidak saling lepas).

Contoh  :
Seorang guru SD di daerah, mengajar murid kelas 4, kelas 5 dankelas 6.Misalkan, jumlah murid kelas 4 adalah 25 orang dan jumlah murid kelas 5 adalah 27 orang serta jumlah murid kelas 6 adalah 20 orang. Jika guru tersebut ingin memilih tiga orang murid dari anak didiknya, dimana seorang murid dari setiap kelas, maka guru tersebut mempunyai 25 x 27 x 20 = 13.500 cara dalam memilih susunan tiga murid tersebut.

B. KaidahPencacahan
Kaidah pencacahan atau Caunting Slots adalah suatu kaidah yang digunakan untuk menentukan atau menghitung berapa banyak cara yang terjadi dari suatu peristiwa.
Kaidah pencacahan terdiriatas :
a. Pengisian tempat yang tersedia (Filling Slots),
b. Permutasi, dan
c. Kombinasi.

PengisianTempat yang Tersedia (Filling Slots)
Apabila suatu peristiwa pertama dapat dikerjakan dengan k1 cara yang berbeda, peristiwa kedua dapat dikerjakan dengan k2 yang berbeda dan seterusnya sampai peristiwa ke-n, maka banyaknya cara yang berbeda dari semua peristiwa tersebut adalah K, di mana:
K = k1 x k2x . . . x kn

K sering disebut dengan istilah banyaknya tempat yang tersedia dengan aturan perkalian atau Kaidah perkalian.
Penentuan ruang sampel pada aturan perkalian terdiri atas 3 cara, yaitu diagram pohon, tabel silang, dan pasangan terurut.

1. Diagram Pohon
            Diagram pohon merupakan suatu metode yang di tempuh dalam menentukan banyak cara dengan terjadi dalam sebuah peristiwa biasanya berbentuk pohon karena bercabang
.
Contoh:
Sebuah perusahaan mengadakan rapa tuntuk memilih calon-calon yang akan menduduki posisi sebagai bendahara dan sekretaris. Untuk menduduki posisi tersebut diajukan 2 orang calon bendahara, yaitu Pak Dodi, Pak Adidan 3 calon sekertaris Pak Andi, Bu Susi, Bu Tina. Ada berapakah susunan pengurus bendahara dan sekertaris dalam pemilihan tersebut?
Jawab:
Anda dapat mengurutkan susunan posisi yang akan menduduki jabatan sebagai bendahara dans ekretaris dengan menggunakan diagram pohon berikut.

BENDAHARA

Andi

SEKERTARIS

= DodidanAndi

PASANGAN PENGURUS

= Dodidan Susi

Susi
                                                    
= Dodidan Tina

Tina
Dodi
Andi

= AdidanAndi

= Adidan Susi

Susi
                                                                 
= Adidan Tina

Tina
Adi








2. Tabel Silang
            Metode table silang adalah metode yang digunakan dalam menentukan suatu cara dalam sebuah peristiwa yang biasanya disajikan dalam bentuk tabel.
Contoh:
Bendahara

Sekertaris
Andi
Susi
Tina
Dodi
DodidanAndi
Dodidan Susi
Dodidan Tina
Adi
AndidanAndi
Adidan Susi
Adidan Tina


3. PasanganTerurut
Misalkan himpunan warna celana dinyatakan dengan A = {h,b} dan himpunan warna baju dinyatakan B = {k,m,p,u}. Himpunan pasangan terurut dari himpunan A dan himpunan B dapat ditulis {(h,k), (h,m), (h,p), (h,u), (b,k), (b,m), (b,p), (b,u)}. Banyak unsur dalam himpunan pasangan terurutada 8 macam warna
Contoh:
Jika dari Semarang ke Bandung ada dua jalan dan dari Bandung ke Jakarta ada     3 jalan.Berapa banyak jalan yang dapat ditempuh untuk bepergian dari Semarang ke Jakarta melalui Bandung?
Jawab:
Dari Semarang ke Bandung ada 2 jalan dan dari Bandung ke Jakarta ada 3 jalan.Jadi, seluruhnyaada 2 x 3 = 6 jalan yang dapat ditempuh.



Misalkan, dari 3 orang siswa, yaitu Algi, Bianda, dan Cahyadi akan dipilih untuk menjadi ketua kelas, sekretaris, dan bendahara dengan aturan bahwa seseorang tidak boleh merangkap jabatan pengurus kelas. Banyak cara 3 orang dipilih menjadi pengurus kelas tersebut akan dipelajari melalui uraian berikut. Amati Gambar 1.
aturan perkalian
Gambar 1. Aturan perkalian pemilihan pengurus kelas.
a. Untuk ketua kelas (K)

Posisi ketua kelas dapat dipilih dari 3 orang, yaitu Algi (A), Bianda (B), atau Cahyadi (C).

Jadi, posisi ketua kelas dapat dipilih dengan 3 cara.

b. Untuk Sekretaris (S)

Jika posisi ketua kelas sudah terisi oleh seseorang maka posisi sekretaris hanya dapat dipilih dari 2 orang yang belum terpilih menjadi pengurus kelas. 

Jadi, posisi sekretaris dapat dipilih dengan 2 cara.

c. Untuk Bendahara (H)

Jika posisi ketua kelas dan sekretaris sudah terisi maka posisi bendahara hanya ada satu pilihan, yaitu dijabat oleh orang yang belum terpilih menjadi pengurus kelas.

Jadi, posisi bendahara dapat dipilih dengan 1 cara.

Dengan demikian, banyak cara yang dilakukan untuk memilih 3 orang pengurus kelas dari 3 orang kandidat adalah :

3 × 2 × 1 = 6 cara.

Uraian tersebut akan lebih jelas apabila mengamati skema berikut.

skema aturan perkalian

Dari uraian tersebut, dapatkah Anda menyatakan aturan perkalian? Cobalah nyatakan aturan perkalian itu dengan kata-kata Anda sendiri.





Aturan Perkalian :

Misalkan,

• operasi 1 dapat dilaksanakan dalam n1 cara;
• operasi 2 dapat dilaksanakan dalam n2 cara;
• operasi k dapat dilaksanakan dalam nk cara.

Banyak cara k operasi dapat dilaksanakan secara berurutan adalah n = n1 × n2 × n3 ... × nk.

Contoh Soal 1 :

Berapa cara yang dapat diperoleh untuk memilih posisi seorang tekong, apit kiri, dan apit kanan dari 15 atlet sepak takraw pelatnas SEA GAMES jika tidak ada posisi yang rangkap? (Tekong adalah pemain sepak takraw yang melakukan sepak permulaan).

Jawaban :

• Untuk posisi tekong.

Posisi tekong dapat dipilih dengan 15 cara dari 15 atlet pelatnas yang tersedia.

• Untuk posisi apit kiri.

Dapat dipilih dengan 14 cara dari 14 atlet yang ada (1 atlet lagi tidak terpilih karena menjadi tekong).

• Untuk posisi apit kanan.

Cara untuk memilih apit kanan hanya dengan 13 cara dari 13 atlet yang ada (2 atlet tidak dapat dipilih karena telah menjadi tekong dan apit kiri).

Dengan demikian, banyak cara yang dilakukan untuk memilih posisi dalam regu sepak takraw adalah  15 × 14 × 13 = 2.730 cara.

Ingatlah :

Apabila terdapat n buah tempat yang akan diduduki oleh n orang, terdapat :

n × (n – 1) × (n – 2) × ... × 1 cara orang menduduki tempat tersebut.





2.       Faktorial

Anda telah mempelajari, banyak cara yang dilakukan untuk memilih 3 orang pengurus kelas dari 3 orang kandidat adalah 3 × 2 × 1 = 6 cara.

Selanjutnya, 3 × 2 × 1 dapat dinyatakan dengan 3! (dibaca 3 faktorial). Jadi,

3! = 3 × 2 × 1 = 6

Dengan penalaran yang sama,

4! = 4 × 3 × 2 × 1 = 4 × 3! = 4 × 6 = 24
5! = 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 5 × 4! = 5 × 24 = 120
6! = 6 × 5! = 6 × 120 = 720

Uraian tersebut memperjelas definisi berikut.

Definisi :

a. n! = n × (n – 1) × (n – 2) ... × 3 × 2 × 1, dengan n bilangan asli, untuk n ≥ 2.
b. 1! = 1
c. 0! = 1

Contoh Soal 2 :

Hitunglah :

a. 7!
b. 17! / 0!16!
c. 12! / 2!8!
d. 8! / 5!

Penyelesaian :
faktorial




Contoh Soal 3 :

Nyatakan bentuk-bentuk berikut ke dalam faktorial:

a. 157 × 156 × 155 b. 8!(9 × 10) c. n(n – 1)(n – 2)

Penyelesaian :
membuat bentuk faktorial
Contoh Soal 4 :

3. Tentukan nilai n dari (n + 3)! = 10(n + 2)!

Pembahasan :

(n + 3)! = 10(n + 2)!
↔ (n +3)(n + 2)! = 10(n + 2)!
↔ n + 3 = 10 0
↔ n = 7


B. Peluang

Anda sekarang sudah mengetahui PencacahanAturan Perkalian, dan Faktorial. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
















BAB III


PENUTUP


A.    Kesimpulan
         Pencacahan (counting) adalah bagian dari matematika kombinatorial. Persoalan kombinatorik bukan merupakan persoalan yang baru dalam kehidupan nyata. Materi pembahasannya akan ditekankan pada:
·         Aturan penjumlahan
“Jika  tugas  jenis  pertama  dapat  dilakukan dengan m cara, tugas jenis kedua dapat dilakukan dengan n cara, dan kedua jenis tugas  itu tidak dapat dilakukan secara simultan, maka banyaknya cara untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut adalah m + n  cara”.
·         Aturan perkalian
“Jika  suatu  prosedur   dapat   dipecah   menjadi duatahap, dan jika tahap pertama menghasilkan m  keluaran yang mungkin dan  masing-masing  keluaran  dilanjutkan  ke  tahap  kedua  dengan  keluaran yang mungkin, maka prosedur tersebut akan menghasilkan m x n keluaran yang mungkin”.
·         Permutasi dan Kombinasi
·         Kombinasi dengan Pengulangan.
         Aturan  penjumlahan dan perkalian  merupakan  pengertian  dasar  untuk memahami bahasan-bahasan selanjutnya yang berkenaan dengan kombinatorika.

B.     Saran
         Kaidah pencacah adalah dasar penghitungan, jadi sangatlah penting untuk diketahui dan dipelajari. Kaidah pencacah ini dari aturan penjumlahan sampai kombinasi denan pengulangan, namun yang kami bahas disini hanya aturan penjumlahan dan perkalian maka dari itu kami berharap untuk mencari referensi buku atau makalah yang lain supaya pengetahuan tentang kaidah pencacah lebih baik.





























DAFTAR PUSTAKA

Siang, Jong Jek. 2006. Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer. Yogyakarta : Andi.

Budayasa, K. 1995. Matematika Diskret I. Surabaya: Universitiy Press IKIP.

Wibisono, Samuel. 2008. Matematika Diskrit. Yogyakarta: Graha Ilmu



Masrihani, Tuti, dkk. 2008. Matematika untuk SMK dan MAK Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Noormandiri, 2004. Matematika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Djumanta, W. 2008. Mahir Mengembangkan Kemampuan Matematika 2 : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 250.









VV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar